Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Powered by Blogger

Saturday, July 21, 2012

Buleut, 15 Juli 2012

"ada tukang sosis di sebelah kita yang suka resek"

Yak, tertanggal 15 Juli 2012 berpukul 05.30 bertempat Car Free Day Dago Bandung, kawan-kawan "Budak Leutik" berikrar akan bertemu dengan kegiatan acara promosi komunitas dan 'warming up' menuju Hari Anak Nasional (23 Juli) dan sebuah acara yang akan dilaksanakan pada bulan suci Ramadhan bersama komunitas Pensil Kertas.

Sebenarnya tidak sampai satu minggu alokasi waktu yang direncanakan untuk menyiapkan lapak dan printilan-printilan di acara promosi ini. Hanya koordinasi lapak car free day, serta properti permainan tradisional dan alat tulis dan white board dan kertas warna dan gunting dan kamera dan lain sebagainya (Pokoknya printilan lah). Tidak sulit memang, namun pikiran agak terfokuskan dengan printilan yang memang rawan terlupakan. Printilan memang hebat bisa memasuki alam bawah sadar kami. Pokoknya... hidup Printilan.

H-beberapa hari, kami sudah berkoordinasi untuk lapak acara promosi ke komunitas pensil kertas yang notabene sudah lama melanglangbuana di jagat Car Free Day. Pada acara CFD terakhir, tim survey kami yang memang sudah berniat mencari lapak, menemukan komunitas pensil kertas yang sedang berkegiatan dengan lapak cukup besar di depan pintu masuk rumah sakit Boromeus. Nah, basa-basi pun dilakukan untuk memuluskan niat nebeng lapak kami. 

Follow up dilakukan di Markas Besar pensil kertas beberapa hari setelahnya, setelah berkoordinasi tim internal di Monumen Perjuangan Bandung, tim "Buleut" meluncur ke daerah Kircon untuk membicarakan teknis 'penebengan lapak' bersama Pensil Kertas. "Boleh kalo lapaknya mau gabung, lagian Car Free Day bebas kok pake tempatnya, gratis pula, siapa datang pagi dia dapat.. cuman ada tukang sosis di sebelah kita yang suka resek meskipun dia datangnya agak siang." Oke, negosiasi berjalan mulus dan kamipun kembali berkutat ke Printilan.

Di hari pelaksanaan,   kami sudah janjian pukul 05.30, namun apa daya kantuk memang juara satu, sehingga akhirnya kami pun berkumpul dan setting lapak pukul 07.30. Sebenarnya sudah ada satu korban tim buleut yang standby sendiri dari pukuk 06.00 namun apa daya Printilan tidak ada padanya. Jadi hanya menjaga lapak berdua bersama satu orang dari komunitas pensil kertas yang bernasib sama. Sempat ada komunitas lain yang tiba-tiba duduk dan menggelar tikar, namun kami penjaga lapak dengan gagahnya bernegosiasi dengan mereka, semua aman, semua senang. Dan akhirnya semua tim kami berkumpul, mengatur design, layout, dan lain sebagainya.

Stand kami amat meriah. Ada Wall of Fame, permainan congklak, ramal kartu tarot, tempat menggambar, papan tulis komentar, live acoustic music, dan lain sebagainya. Awalnya, peserta CFD hanya melirik-lirik saja stand kami, nampak masih malu-malu. Namun dengan kesegitan kakak-kakak buleut dan pensil kertas kami pun approaching mereka sehingga akhirnya berkunjung dengan hati riang gembira ke lapak kami. Stand pun ramai, ada yang menulis di wall of fame, ada yang bernyanyi riang dengan lagu anak-anak yang hampir punah, ada yang asyik menggambar, ada yang diramal dengan kartu tarot (banyaknya cewek), ada pun yang membeli pin kami dengan harga Rp. 5000++. (++ itu adalah tambahan harga bukan pajak karena keikhlasan pembeli). Semua sibuk dengan air muka cerah yang riang, bapak, ibu, anak, kakak, adik, semua berkegiatan di stand kami.

Untuk keperluan dokumentasi komunitas dan penyambutan hari anak nasional, kami menyediakan beberapa papan white board untuk ditulisi oleh pengunjung lapak yang isinya berupa komentar, harapan, atau apapun untuk anak-anak Indonesia. Komentar pun bermacam-macam sesuai latar belakang para pengunjung. Komunitas epeda dengan banyolannya "Ikuti kata kak seto", Bapak-Ibu senior dengan komentar bijaknya "Terus maju anak-anak Indonesia, kalian harapan kami.", Ibu muda dengan keluhannya "Anak sekarang terlalu banyak main video games", pecinta musik Punk dan penggembala anjing yang sayang komentarnya tidak terdokumentasikan.

Sampai sekitar pukul 09.00 stand masih ramai, malah makin ramai. Anak-anak yang berkunjung ada yang menggambar bersama pensil kertas, ada yang bermain, ada yang menyanyi, ada yang asyik bervandalisme di wall of fame kami. Bapak ibu dan kaum remajanya asyik di ramal dengan kartu tarot dengan wajah heran namun tertarik dan penasaran. 

Di salah satu momen, ada anak-anak yang malu-malu bergabung di lapak kami, hanya melihat dengan wajah penasaran dan terkesan 'jutek'. Nah terpanggilah jiwa jahil kakak-kakak Buleut untuk menggoda anak ini karena awalnya si anak ini terus 'somseu' tidak mau masuk meski sudah dibujuk orangtuanya juga. Tetapi, setelah dengan senyuman, sentuhan, serta candaan dan jahilan akhirnya dia pun main di lapak kami sampai harus dibujuk lagi oleh orangtuanya untuk segera pulang. 

Yah, terlihat kakak-kakak dari Buleut pun menikmati acara, apalagi melihat anak-anak kecil dengan senyum dan tawa serta gerak lincah khasnya, makin senanglah para kakak-kakak.

Oke, untuk penulis artikel ini, waktu sudah habis dan harus menghadiri kegiatan lain di kawah upas gunung tangkuban perahu. Jadi mungkin laporan  dengan sangat menyesal harus terhenti disini.. Padahal acara masih berjalan sekitar kurang lebih satu jam lagi. Namun apa daya, yang penting masalah printilan sudah aman tentram dan senyuman riang anak-anak sudah semakin mewabah.


Angga Adhi Perdana