14 April 2013
 |
Kawasan Wisata Batu Kuda |
Batu Kuda adalah objek
wisata alam di kaki gunung manglayang yang terletak di daerah Bandung
Timur. Nama kawasan ini berasal dari sebuah batu besar yang mirip
dengan seekor kuda. Batu Kuda belum begitu banyak dikenal, bahkan
oleh masyarakat bandung timur sendiri sehingga relatif masih alami
dengan hutan pinus yang menjulang tinggi.
 |
Pintu Gerbang |
Untuk menuju kawasan ini,
dapat dicapai dengan banyak jalur, diantara melalui jalan Ciguruwik
dan Manjah Beureum, yang sama-sama berada di wilayah kecamatan
Cileunyi kabupaten Bandung. Kali ini perjalanan dimulai dari jalan
Ciguruwik dan pulang melewati jalur Manjah Beureum. Untuk menuju Batu
Kuda melalui jalan Ciguruwik, dari Bandung dapat menuju ke arah
cibiru, lalu ambil ke arah cileunyi. Dari bunderan Cibiru, kurang
lebih sekitar 2-3 km ambil belok kiri persis sebelum rumah makan
ponyo, ke jalan Ciguruwik. Setelah berbelok, terus saja ikuti jalan
menanjak sampai kira-kira 30 menit (menggunakan sepeda motor).
Kondisi jalan ini ada yang mulus dan ada juga yang rusak namun tidak
begitu parah, hanya sesekali sangat menanjak dan banyak warga
berkegiatan serta anak kecil yang sedang bermain di sepanjang jalan
ini sehingga agak menghambat jika sedang tancap gas untuk melibas
tanjakan-tanjakan.
 |
Basecamp Sadawana |
Sampai di pos tiket,
tampaknya saya tidak menyadari adanya pos disana sehingga langsung
saja menancap gas menuju gerbang dan memarkir sepeda motor. Lumayan,
masuk gratisan. Setelah parkir langsung menuanaikan ibadah terlebih
dahulu di musholla sebelah gerbang, di belakang Basecamp Perhimpunan
Pendaki Gunung Sadawana yang nampaknya akan mengadakan pendidikan
dasar mereka untuk angkatan yang ke XIV.

Sambil mengambil foto
sebentar di sekitaran gerbang, ternyata pengunjung yang datang
rata-rata anak usia sekolah antara SMP dan SMA. Hebatnya lagi, hampir
semuanya datang berpasang-pasangan. Ada yang berduaan di antara
pepohonan pinus, dan ada juga yang asyik di warung-warung yang
menyediakan saung-saung lesehan, nampaknya berasa suasana romantis
lah. Selain yang berpacaran, banyak juga anak sekolah dan anak
pramuka yang berkemah dan berkegiatan outdoor. Para fotografer pun
tidak kalah mencoba mengabadikan hutan pinus ini, juga para pendaki
yang nampaknya ingin menjajal Gunung Manglayang. Ya, hari minggu
memang hari bermain sehingga disini tidak terlihat siswa SMA yang
sedang belajar untuk menghadapi Ujian Nasional esok harinya.
 |
Jalur Batu Kuda |
Untuk menuju Batu Kuda,
cukup mengikuti jalan setapak menanjak yang membentang dari awal
gerbang masuk. Terdapat petunjuk jalan yang ditempel di pohon pinus
menginformasikan bahwa jarak ke Batu Kuda hanya 700 meter. Jalur
setapak ini dihiasi hutan pinus, dan semak-semak. Sesekali anda akan
berpapasan dengan penduduk sekitar yang pulang atau berangkat mencari
kayu ataupun tumbuhan lain, jangan lupa sampaikan senyum tulus.
Karena pertama kali
kesana, agak bingung menemukan batu kudanya. Sempat ragu kalau-kalau
sudah salah jalan atau terlewat karena mencoba jalur-jalur tidak umum hanya karena penasaran. Namun jika terus saja mengikuti jalan
setapak, niscaya akan sampai juga ke tempat kuda yang membatu, hanya
jaga kesabaran dan kerianggembiraan saja.
 |
Batu Kuda |
Sampai di Batu Kuda,
terdapat pelataran kecil yang terdapat bekas suatu bangunan. Mungkin
dulunya berupa semacam saung namun sudah diruntuhkan. Di samping Batu
Kuda, terdapat pohon besar tinggi yang sudah mati. Entah kenapa pohon
ini mati, entah disengaja ulah manusia ataup
un secara alami, namun
tetap masih tegak berdiri. Namanya orang Indonesia, nampaknya tidak
puas jika tidak meninggalkan jejak. Terdapat coretan-coretan (orang
pintar menyebutnya vandalisme) di Batu Kuda ini, ataupun di pohon
besar yang sudah mati tadi. Yang saya ingat, ada coretan SMA Pasundan
8 (tolong introspeksi).
 |
Batu Kuda |
Setelah berfoto beberapa
kali, kembalilah kaki melangkah lagi menuju gerbang. Sebelum pulang,
mampirlah dulu ke warung-warung yang banyak berdiri di sekitaran
gerbang. Mungkin untuk sekedar ngopi ataupun ngemie, atau nyemil
gorengan (masih panas, fresh from the oven).

Ketika masih nongkrong
sambil menikmati pepinusan, ternyata ada jalur bertangga menuju
punggungan kecil di arah kiri gerbang. Ternyata, ada penunjuk jalan
yang lagi-lagi ditempel di pohon pinus yang menginformasikan bahwa ke
arah puncak (sepertinya yang dimaksud puncak Gunung Manglayang)
jaraknya 2700 meter. Sempat terpikir untuk kesana, namun tidak ada
persiapan karena terakhir main ke Gunung Manglayang, penulis nyasar
di sekitaran hutan ini.

Kembali lagi ke gerbang,
panaskan sepeda motor, naiki sepeda motor, dan jalankan sepeda motor.
Kali ini pulang melewati jalan Manjah Beureum yang terus menurun
sesekali curam. Jalan ini berujung di jalan raya Cileunyi persis
setelah jalan searah dari arah bandung. Jarak dari gerbang menuju
jalan raya lewat jalan ini kira-kira sama dengan jalur dari jalan
Ciguruwik.
Menurut
legenda, konon zaman dahulu kala seorang raja dan ratu dari Jawa
Barat yang bernama Prabu Layang Kusuma dan Prabu Layang Sari sedang
melakukan perjalanan di gunung manglayang dengan berkuda. Namun,
tiba-tiba kuda yang ditunggangi terperosok kedalam lumpur hingga
sampai setengah badannya saja yang terlihat. Tiba-tiba, kuda itupun
membatu dan rombongan kerajaan itu mengehntikan perjalanan. Sang Raja
kemudian menyadari bahwa kawasan itu merupakan tempat yang cocok
untuk bertapa sehingga tidak lagi meneruskan perjalanannya sampai
akhir hayatnya. Begitu pula sang ratu dan para pengawalnya.
Memang
di kawasan ini terdapat pula Batu Gunung yang sangat tinggi dan makam
raja yang banyak didatangi para peziarah dengan berbagai maksud dan
tujuan.