Untuk apa sekolah jika akhirnya
kembali lagi ke kebun dan ladang?

Okeeee, kembali
komunitas “buleut” mengadakan event bulanan. Kali ini acara
diadakan di PAUD Kasih Ibu, Cigupakan, Kec Cilengkrang, Kab Bandung
pada tanggal 22 Februari 2014. Tema yang kami usung kali ini adalah
“Cintaku Desaku”. Tema ini menurut kami sangat pas dengan lokasi
PAUD yang berada di daerah pedesaan dan dilaksanakan di bulan yang
“katanya” adalah bulan kasih sayang.
Sekitar 2 minggu
sebelumnya beberapa kakak-kakak buleut sudah melakukan penjajakan ke
tempat ini. Awalnya, salah satu kakak buleut sekilas melihat PAUD
berukuran pos ronda ketika sedang survey lapangan mengenai tugas
kampusnya. Beberapa kakak pun akhirnya berangkat mencari PAUD
tersebut dengan hanya bermodalkan ingatan. Tanpa nama PAUD ataupun
nama jalan dan lokasi. Malahan yang kami temukan adalah sebuah air
terjun di kaki gunung manglayang yang dinamakan “Curug
Cilengkrang”. Apa daya, karena belum menemukan kami mengunjungi
tempat tersebut lebih dulu. Setelah mengobrol dengan panjang lebar
dengan petugas Perhutani dan seorang penggiat alam terbuka yang
sedang akan melakukan program penanaman pohon di wilayah tersebut,
didapatlah informasi tidak jauh dari sana terdapat PAUD “Mini” di
dekat sana, meskipun PAUD tersebut tidak sesuai dengan PAUD yang
awalnya kami tuju.

Kami pun melenggang
dengan elok mencari PAUD tersebut, dan akhirnya menemukannya.
Bangunan PAUD tersebut ternyata menyatu dengan balai RW yang memang
berukuran mungil. Karena Mentari telah di puncak ubun-ubun jelaslah
tidak ada lagi kegiatan di PAUD tersebut sehingga kami bertanya pada
warga setempat dimana tempat kediaman pengurusnya. Kami pun
diantarkan ke sebuah rumah yang tidak jauh dari PAUD tersebut dan
disambut dengan seorang ibu bersuamikan aparat penegak hukum yang
ternyata salah seorang guru di PAUD itu.

Beberapa saat
bercengkrama, ternyata ibu ini amat “nyeleneh” dan terus membuat
kami terbahak-bahak dengan cerita dan sentilan-sentilannya. Dari
beliau pun kami dapatkan cerita bahwa rakyat di daerah ini tidak
begitu antusias dengan pendidikan. “Untuk apa sekolah jika akhirnya
kembali lagi ke kebun dan ladang?” katanya mengutip ucapan warga
sekitar. Bahkan melalui ceritanya, ternyata setelah lulus SD,
mayoritas anak perempuan di desa ini langsung di nikahkan. Selain
itu, ternyata PAUD yang awalnya mempunyai sekitar 30an murid,
akhirnya banyak yang tidak lagi bersekolah perlahan-lahan dengan
berbagai alasan sehingga hanya bersisa sekitar 7-8 orang. “Di minta
bayaran 10 ribu per satu bulan pun, orang tua murid banyak yang tidak
menyanggupinya”.

Kembali ke hari Sabtu,
22 Februari, kami berkumpul di gerbang jalan Cilengjrang 1 pukul 7
pagi sebelum langsung bertolak ke PAUD Kasih Ibu. Barang dan properti
serta “printilan” kami kali ini tidak begitu merepotkan karena
sebagian barang telah di drop di lokasi dua hari sebelumnya, teria
kasih kepada persiapan kami yang cukup matang. Sesampainya disana,
ternyata sudah ada 4 bocah berseragam yang ternyata telah menunggu
kami. Persiapan pun kami lakukan. Memasang spanduk, persiapan
permainan dan lain-lain sambil menunggu kakak-kakak lain yang agak
terlambat.

Kegiatan ini dimeriahkan
oleh tamu spesial dari Jerman, Sascha dan Caro, begitu panggilan
kedua orang yang kalau tidak salah berumur 25 tahunan ini. Sebentar
mengobrol, ternyata mereka adalah caron guru di negara mereka yang
sedang praktek mengajar di Kota Tasikmalaya. Kebetulan mereka tadinya
akan mengajar kuliah umum di universitas di bandung namun entah
mengapa digagalkan sepihak oleh pihak kampus.

Pukul 08.00 acara
dimulai setelah banyak anak-anak yang berduyun-duyun datang ke
lapangan di depan rumah Ibu polisi. Akhirnya terkumpul sekitar 20-30
an anak, tidak hanya siswa PAUD yang mengikuti kegiatan hari ini dan
banyak diantara mereka didampingi ibu mereka, maklumlah karena usia
mereka pun hampir semuanya dibawah 7 tahun. Kegiatan pertama yaitu
perkenalan dengan menggunakan bola. Bola dilemparkan satu anak ke
anak yang lain oleh temannya. Yang mendapatkan bola, harus
memperkenalkan diri dan menyebut namanya, tidak terkecuali
kakak-kakak buleut nya juga. Lucu melihat anak-anak manis ini masih
banyak yang malu-malu memperkenalkan diri mereka sementara beberapa
kali kami semua tergelak ketika anak yang dengan canggungnya berusaha
menangkap bola tapi tidak berhasil menuntaskan misinya.

Setelah perkenalan,
acara dilanjutkan dengan permainan Pohon dan Tupai. 2 anak
merentangkan tangan mereka berhadapan sebagai pohon dan satu orang
anak bagai berlindung dibawahnya sebagai tupai. Kakak yang memandu
permainan menceritakan sebuah kisah, ketika tersebut kata 'pemburu'
semua anak “tupai” harus mencari tempat berlindung di bawah pohon
tetapi tidak boleh di pohon yang sama ketika mereka terakhir
berlindung, yang tidak dapat pohon harus rela ditangkap pemburu.
Tidak lupa kakak-kakak buleut bun ikut serta dalam permainan ini.
Setelah itu dimulailah
permainan tikus dan kucing. Semuanya membentuk lingkaran dan dipilih
beberapa anak untuk menjadi tikus dan kucing. Kucing mengejar tikus
keluar masuk lingkaran yang bisa ditutup dan dibuka. Tidak lupa pula
diantara permainan-permainan ini diselipkan nyanyian dan tarian yang
kami semua lakukan dengan gembira. Ah, gelak tawa anak-anak pada saat
itu terlihat indah, sorot mata yang penuh ketulusan dan kejujuran
mereka menghibur semua kakak-kakak yang hadir. Menghibur mereka yang
telah dengan tatapan-tatapan “semu” yang mungkin banayak mereka
jumpai di perkotaan tempat mereka tinggal.
Permainan lapangan
selesai, anak-anak dipindahkan ke pelataran rumah ibu polisi untuk
beristirahat dan menikmati minuman serta cemilan yang telah kami
siapkan. Sebagian kakak yang lain menyiapkan kegiatan selanjutnya.
Gelapnya awan menjegal sang mentari yang meredup perkasanya. Gelaplah
langit yang seperti tak tahan ingin tumpahkan airnya. Para
kakak-kakak dibantu dengan guru PAUD kasih ibu bersiaga dengan
menyiapkan bangunan PAUD jikalau hujan memang turun. Titik-titik
hujan akhirnya turun perlahan, anak-anak pun digembala menuju
bangunan PAUD yang difungsikan juga sebagai balai RW. Meskipun jalan
menuju PAUD terjal menanjak, tetap senyum anak-anak itu tak pudar
dengan nyanyian yang mereka nyanyikan sepanjang jalan.

Hujan benar-benar turun,
syukurlah anak-anak sudah ada di dalam PAUD. Mereka memulai kegiatan
berkarya dan belajar mereka. Sebagian menghias tong sampah dengan
berbagai warna cat, yang lain ada yang melipat kertas, bermain
puzzle, dan membuat prakarya lain dengan semua kakak-kakak
mendampingi kelompok-kelompok kecil mereka. Kali ini raut serius
tergambar di wajah anak-anak dengan guratan kebahagiaan. Semua
belajar dan berkarya dengan penuh antusisasme sehingga kakak-kakak
buleut pun dengan semangat mendampingi dan mengarahkan mereka.
Sekitar 1 jam 30 menit, kagiatan pun selesai. Terlihat hasil karya
mereka yang beragam, meskipun tidak seindah hasil karya seniman,
namun semangat dan ketulusan mereka yang merupakan nilai utama dari
hasal karya mereka.
Matahari kembali
menyembul, rangkaian acara sudah berada di penghujung.

Sebelum menutup acara,
kami pun menyerahkan piagam kepada guru PAUD tersebut, tidak lupa
juga kami sumbangkan sejumlah meja lipat, buku cerita anak, tamborin
kecil, dan juga mainan anak. Ucapan terima kasih pun disampaikan
secara tulus oleh guru PAUD tersebut. Keluar bangunan PAUD, tak lupa
kami semua berfoto dengan anak-anak yang telah mengikuti kegiatan
kami hari ini. Anak-anak pun akhirnya berpamitan dan menyalami para
kakak-kakak dengan senyum ataupun tawa di wajah mereka.
Acara telah selesai dan
kami pun diundang untuk makan siang “ngaliwet” bersama di rumah
ibu guru polisi. Gelak tawa, obrolan ringan dan diskusi mengenai
kegiatan hari ini menemani makan siang kami. Setelah itu, kami pun
berpamitan, tidak lupa Sascha dan Caro dibekali buah jeruk bali dan
nangka untuk perjalanan mereka kembali mengajar di Tasikmalaya. Kami
semua pun akhirnya bertolak meninggalkan PAUD Kasih Ibu Cigupakan
menuju tujuannya masing-masing.
Adik-adik, terima kasih
telah mengikuti kegiatan kami. Meski hanya satu hari, kalian telah
memberi kami kebahagiaan dalam berbagi, berkarya, bermain. Sampai
jumpa lagi ketika kalian telah menjadi pemuda-pemuda tangguh
kebanggaan Indonesia.