Tertanggal
19 Januari 2013 pukul 13.00, Buleut tak kenal lelah membuat kegiatan lagi. Kali
ini acara diadakan di kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung
dengan tema “Hap Hap Tangkap Bintangmu”. Sesuai dengan tema, kali ini kakak –
kakak buleut berbagi kepada anak – anak tentang arti sebuah cita-cita.
Pada
hari yang ditentukan, kami berkumpul pada pukul 09.00 untuk mempersiapkan acara
dan briefing teknis. Sesuai tradisi dan budaya Indonesia, tentu saja yang
datang tepat waktu hanya beberapa orang saja, sisanya datang dengan polosnya 1
atau 2 jam dari waktu yang ditentukan. Persiapan – persiapan kecil dilakukan di
pelataran masjid Al-furqon UPI.
Pukul
13.00, 3 orang dari kami berangkat menjemput anak-anak yang sudah menunggu di
kawasan Cipaku. Nah, anak – anak terdiri dari bermacam latar belakang. Ada yang
bersekolah, ada yang bekerja sebagai pemulung sampah, dan lain – lain. Ketika
tim penjemput tiba, hanya terlihat beberapa anak yang menunggu, mungkin hanya
berkisar 5-6 orang anak saja. Tidak kecewa, kakak tim penjemput berinisiatif
mendatangi rumah satu persatu dan memanggil bala bantuan kakak-kakak lain untuk
membujuk dan merayu. Setelah diketahui, ternyata orang tua anak-anak tersebut
khawatir melepas anak mereka untuk bermain ke luar daerah tempat tinggal mereka
karena baru saja sekitar seminggu terjadi penculikan anak di daerah tempat
tinggal mereka.
Setelah
sekitar satu jam, setelah meminta ijin orang tua satu persatu, setelah membujuk
dan merayu. Akhirnya terkumpul sekitar 30 orang anak untuk kami ajak bermain,
belajar, dan berbagi. Sayangnya, koordinasi dengan pihak UPI kurang berjalan
mulus sehingga lokasi acara di rubah ke SD Cidadap II yang berlokasi masih di
kawasan Cipaku karena Ijin sudah diberikan oleh penjaga dan kepala sekolah yang
baik hati. Dan akhirnya kami rugi ongkos carter angkot yang hanya menempuh
jarak sekitar 500 meter.
Acara
tertunda sampai sekitar pukul 14.00, namun tak patah semangat kami meski sempat
ada anak yang pulang menangis karena hasil memulungnya belum memenuhi target
dan akhirnya di minta pulang oleh ayahnya.
Acara dimulai
dengan perkenalan dan perminan pertama di lapangan sekolah yang berjudul
musang-musangan. Berhubung teknis permainan sulit dijelaskan, jadi untuk
penjelasan permainan kami lewat dulu. Jika masih penasaran silakan hubungi
kakak-kakak uleut terdekat.
Suasana mulai
menghangat dengan keceriaan dan tawa bocah-bocah itu sehingga dilanjutkan
dengan permainan kedua, panjang-panjangan. Karena mudah dijelaskan, akan kami
paparkan teknis permainannya. Semua anak dibagi 3 kelompok, tiap kelompok
berbaris masing-masing dalam satu garis
lurus. Diujungnya terdapat gambar pelangi yang harus diraih oleh salah satu
kelompok. Tiap kelompok anak-anak menggunakan seluruh benda yang melekat
ditubuhnya untuk memanjangkan barisan mereka tanpa terputus antara teman
sendiri, bagai mata rantai yang panjang. Banyak yang terjatuh dan terseret
sehingga akhirnya menangis dan dihibur oleh para kakak.
Setelah
berterik-terik ria. Istirahat dilakukan untuk beriabadah dan bercemilan.
Kakak-kakak pun briefingan lagi sebentar dan menyatakan bahwa kami puas setelah
memfasilitasi permainan yang mendidik untuk bekerja sama dan berusaha sekuat
mungkin untuk menggapai cita-cita yang luhur, tak peduli setinggi apa..
Setelah
beristirahat acara dilanjutkan dengan bernyanyi dan menari di dalam kelas yang
sudah kami pinjam. Kakak-kakak menyanyi dan menari dengan tidak indahnya untuk
merangsang para anak-anak untuk mengikuti dan berceria bersama. Nyanyian dan
tarian diselingi pembagian cemilan lagi dan segelas susu untuk anak-anak.
Suasana tambah ceria dan mengharu ketika salah seorang kakak meniupkan
balon-balonan sabun yang sangat banyak dalam ruangan kelas sehingga kami menari
dan bernyanyi di antara riuhnya balon sabun yang ceria ikut menghibur kami
dalam diamnya.
Acara
dilanjutkan dengan berkarya dengan tema cita-cita. Kami menyediakan karton
spons yang sangat besar berbentuk awan sebagai media yang digambar dan ditulisi
oleh setiap anak tentang cita-cita mereka. Terlukislah seorang guru, tentara,
polisi, designer, dan lain-lain. Setap anak ditanya mengapa mereka bercita-cita
seperti itu dan mereka menjawab dengan berbagai jawaban mulia mereka, ketika
salah seorang anak perempuan ditanya kenapa ingin menjadi tentara wanita, dia
menjawab “Supaya tidak diremehkan para laki-laki”. Duh, gagahnya. Selain itu,
salah seorang bocah laki-laki ditanya mengapa ingin menjadi polisi dan dijawab “Karena
ayah saya bercita-cita ingin menjadi polisi”. Hahaha, asal tidak menjadi tukang
tilang saja.
Kembali ke
lapangan SD, penghujung acara sudah dekat. Setelah berfoto-foto, para
kakak-kakak memperkenalkan diri lagi sembari menjelaskan cita-cita mereka
kepada para anak-anak dengan maksud mereka mempunyai alternatif cita-cita lain,
karena dunia tidak sempit dan tak hanya putih abu.
Selesailah
acara pada sekitar pukul 17.30, beberapa orang tua sudah menunggu di depan SD
menanti anak mereka. Mungkin khawatir kami akan menculik anak-anak mereka.
Sebagian anak – anak kami antar kembali ke rumah masing-masing dan berpamitan
pada para orang tua. Setelah itu, dilanjutkan ke evaluasi acara para
kakak-kakak sampai sekitar menjelang maghrib.
Selesai
semua acara. selesai usaha kami hari ini menyampaikan betapa agungnya sebuah
cita-cita. selesai kami berkata bahwa impian dapat diraih dengan usaha dan
kerja sama, apa pun impian itu.
No comments:
Post a Comment