Untuk apa sekolah jika akhirnya kembali lagi ke kebun dan ladang?
Sekitar 2 minggu sebelumnya beberapa kakak-kakak buleut sudah melakukan penjajakan ke tempat ini. Awalnya, salah satu kakak buleut sekilas melihat PAUD berukuran pos ronda ketika sedang survey lapangan mengenai tugas kampusnya. Beberapa kakak pun akhirnya berangkat mencari PAUD tersebut dengan hanya bermodalkan ingatan. Tanpa nama PAUD ataupun nama jalan dan lokasi. Malahan yang kami temukan adalah sebuah air terjun di kaki gunung manglayang yang dinamakan “Curug Cilengkrang”. Apa daya, karena belum menemukan kami mengunjungi tempat tersebut lebih dulu. Setelah mengobrol dengan panjang lebar dengan petugas Perhutani dan seorang penggiat alam terbuka yang sedang akan melakukan program penanaman pohon di wilayah tersebut, didapatlah informasi tidak jauh dari sana terdapat PAUD “Mini” di dekat sana, meskipun PAUD tersebut tidak sesuai dengan PAUD yang awalnya kami tuju.
Kegiatan ini dimeriahkan oleh tamu spesial dari Jerman, Sascha dan Caro, begitu panggilan kedua orang yang kalau tidak salah berumur 25 tahunan ini. Sebentar mengobrol, ternyata mereka adalah caron guru di negara mereka yang sedang praktek mengajar di Kota Tasikmalaya. Kebetulan mereka tadinya akan mengajar kuliah umum di universitas di bandung namun entah mengapa digagalkan sepihak oleh pihak kampus.
Pukul 08.00 acara
dimulai setelah banyak anak-anak yang berduyun-duyun datang ke
lapangan di depan rumah Ibu polisi. Akhirnya terkumpul sekitar 20-30
an anak, tidak hanya siswa PAUD yang mengikuti kegiatan hari ini dan
banyak diantara mereka didampingi ibu mereka, maklumlah karena usia
mereka pun hampir semuanya dibawah 7 tahun. Kegiatan pertama yaitu
perkenalan dengan menggunakan bola. Bola dilemparkan satu anak ke
anak yang lain oleh temannya. Yang mendapatkan bola, harus
memperkenalkan diri dan menyebut namanya, tidak terkecuali
kakak-kakak buleut nya juga. Lucu melihat anak-anak manis ini masih
banyak yang malu-malu memperkenalkan diri mereka sementara beberapa
kali kami semua tergelak ketika anak yang dengan canggungnya berusaha
menangkap bola tapi tidak berhasil menuntaskan misinya.
Setelah perkenalan,
acara dilanjutkan dengan permainan Pohon dan Tupai. 2 anak
merentangkan tangan mereka berhadapan sebagai pohon dan satu orang
anak bagai berlindung dibawahnya sebagai tupai. Kakak yang memandu
permainan menceritakan sebuah kisah, ketika tersebut kata 'pemburu'
semua anak “tupai” harus mencari tempat berlindung di bawah pohon
tetapi tidak boleh di pohon yang sama ketika mereka terakhir
berlindung, yang tidak dapat pohon harus rela ditangkap pemburu.
Tidak lupa kakak-kakak buleut bun ikut serta dalam permainan ini.
Setelah itu dimulailah
permainan tikus dan kucing. Semuanya membentuk lingkaran dan dipilih
beberapa anak untuk menjadi tikus dan kucing. Kucing mengejar tikus
keluar masuk lingkaran yang bisa ditutup dan dibuka. Tidak lupa pula
diantara permainan-permainan ini diselipkan nyanyian dan tarian yang
kami semua lakukan dengan gembira. Ah, gelak tawa anak-anak pada saat
itu terlihat indah, sorot mata yang penuh ketulusan dan kejujuran
mereka menghibur semua kakak-kakak yang hadir. Menghibur mereka yang
telah dengan tatapan-tatapan “semu” yang mungkin banayak mereka
jumpai di perkotaan tempat mereka tinggal.
Permainan lapangan selesai, anak-anak dipindahkan ke pelataran rumah ibu polisi untuk beristirahat dan menikmati minuman serta cemilan yang telah kami siapkan. Sebagian kakak yang lain menyiapkan kegiatan selanjutnya. Gelapnya awan menjegal sang mentari yang meredup perkasanya. Gelaplah langit yang seperti tak tahan ingin tumpahkan airnya. Para kakak-kakak dibantu dengan guru PAUD kasih ibu bersiaga dengan menyiapkan bangunan PAUD jikalau hujan memang turun. Titik-titik hujan akhirnya turun perlahan, anak-anak pun digembala menuju bangunan PAUD yang difungsikan juga sebagai balai RW. Meskipun jalan menuju PAUD terjal menanjak, tetap senyum anak-anak itu tak pudar dengan nyanyian yang mereka nyanyikan sepanjang jalan.
Matahari kembali
menyembul, rangkaian acara sudah berada di penghujung.
Acara telah selesai dan
kami pun diundang untuk makan siang “ngaliwet” bersama di rumah
ibu guru polisi. Gelak tawa, obrolan ringan dan diskusi mengenai
kegiatan hari ini menemani makan siang kami. Setelah itu, kami pun
berpamitan, tidak lupa Sascha dan Caro dibekali buah jeruk bali dan
nangka untuk perjalanan mereka kembali mengajar di Tasikmalaya. Kami
semua pun akhirnya bertolak meninggalkan PAUD Kasih Ibu Cigupakan
menuju tujuannya masing-masing.
Adik-adik, terima kasih
telah mengikuti kegiatan kami. Meski hanya satu hari, kalian telah
memberi kami kebahagiaan dalam berbagi, berkarya, bermain. Sampai
jumpa lagi ketika kalian telah menjadi pemuda-pemuda tangguh
kebanggaan Indonesia.
No comments:
Post a Comment