Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Powered by Blogger

Tuesday, July 23, 2013

Rakyatku Yang Mungkin Agak Munafik

              


    Negeriku amat sangat kaya raya. Tanahnya, udaranya, airnya, semuanya nyaris sempurna. Namun kami tidak dapat dibilang makmur sejahtera. Rakyat negeriku pun sering menyalahkan pemerintah dan para pemimpin atas derita dan ketidaknyamanan yang kami rasakan.

Dan memang rakyat tidak salah juga, karena rakyat negeriku telah dikorbankan untuk penebalan dompet wakil-wakil mereka. Namun sepertinya rakyat juga bisa disalahkan atas beberapa ketidaknyamanan karena akibat ulah rakyat negeriku sendiri.


Ø  Kemacetan

Banyak dijumpai di kota-kota besar, ketika jalanan macet, orang malah seenaknya menyusul dengan segala cara. Menyusul dari trotoar, menyusul lewat jalur arah berlawanan, menyusul lewat jalan darurat, dan lain-lain.

Sebenernya jalanan akan lebih lancar jika ketika jalanan dalam keadaan macet tidak ada yang susul menyusul, semua mengantri dengan sabar. Karena jika susul menyusul ketika macet, apalagi lewat jalur trotoar atau jalur trotoar, akan menghambat banyak kendaraan ketika yang menyusul akan kembali ke jalurnya. Apalagi jika menyusul lewat jalur yang berlawanan dan ada kendaraan dari arah berlawanan terhalangi jalannya, akan menyebabkan jalur kedua arah enjadi macet.

Jadi rakyat di negeriku ini, hanya mengutuk macet. “Sialan!! Macet!!”, padahal mereka berperan besar dalam membuat kemacetannya. Penjahat yang munafik memang.

Para pelaku kejahatan lalu lintas ini padahal banyak yang terdapat dari kalangan terpelajar, mngkin sedikit terlihat dari kendaraan pribadi yang dibawanya. Tapi apakah mereka tidak bisa berpikir? Tidak sampaikah nalarnya bahwa perbuatan mereka bukan siolusi mengatasi macet? Hanya mementingkan diri sendiri yang cepat sampai, tidak peduli orang lain mengalami macet yang makin menjadi karena dirinya?
Tidak hanya para wakil rakyat yang mementingkan diri sendiri ternyata, rakyatnya pun sama saja.


Ø  Banjir

Mengeluhlah orang-orang dengan keadaan kota mereka yang sering mengalami bajir. Padahal penyebab banjir itu ya mereka sendiri. Pembuangan limbah dan sampah rumah tangga yang sembarangan yang mungkin diteruskan ke aliran sungai adalah perbuatan bodoh namun sering dilakukan rakyat negeriku.

Contoh konkrit. Di Bandung, daerah dayeuhkolot dan baleendah sering terjadi banjir parah yang sampai menenggelamkan rumah mesti tidak seluruhnya. Disana ada pemandangan unik, di pinggir sungai dekat pemukiman warga yang kompleknya masih berdampingan dengan salah satu kampus ternama di bandung, ada tempat sampah dari semen besar yang nampaknya digunakan warga untuk tempat pembuangan sementara (TPS). Lucunya, bagian belakang tempat sampah itu yang menghadap ke sungai, dibiarkan bolong tanpa penghalang. Jadi terlihat sampah-sampah yang menyangkut di bantaran sungai yang berasal dari tempat sampah besar tersebut. Ternyata jika bak sampah sudah penuh, sampahnya akan dibuang dan dialirkan ke sungai. Hebat ya? Kenapa tidak sekalian saja buang ke sungai?

Rakyat Negeriku memang penjahat alam


Ø  Penumpukan Sampah

Hal ini masih terkait dengan poin sebelumnya. Ini banyak juga terjadi di kota-kota besar maupun kecil. Sering terlihat tumpukan sampah di tengah pemukiman pada bantaran jalannya. Meski sudah diberikan tulisan dilarang membuang sampah, tetap saja sampah di tempat-tempat tersebut berubah komposisinya setiap hari.

Rakyat Negeriku berperan lagi. Mereka membuang sampah seenak jidatnya. Dimana ada tempat kosong tak berpenghuni, disitulah sampah bisa dibuang. “daripada menuhin bak sampah sendiri?” kata mereka membela diri.

Pengendara mobil pun sama, mereka membuang makanan dan minuman yang dikonsumsi di dalam kendaraan ke luar jendela. Tidak bisa dipungkiri, ini dapat terlihat dimana-mana.

Di pasar, para pedagang dan pembeli membuang sampah disekitar mereka (ini memang parah) sembari mereka berkegiatan dan bertransaksi di sekitar sampah yang mereka buang sendiri.

Di masjid besar. Di pelatarannya banyak puntung rokok dan plastik –platik bekas makanan. Apalagi ketika bulan ramadhan tiba.

Ya, seluruh wilayah negeri ini adalah tempat sampaaahh..


Ø  Dana pemerintah tidak transparan

Hal ini banyak dikeluhkan masyarakat padahal tidak jarang yang mengambil dan mencoceng dana pemerintah itu ya warga lokal juga.

Sebagai contoh, ketika dana pembangunan sebuah desa akan dikucurkan ke masyarakat untuk pembangunan infrastruktur (setelah dipotong oleh bupati, camat, lura, dsb tentunya..), warga setempat telah memutar otak untuk mendapatkan penghasilan dari dana negara itu.

Karena mereka yang punya wilayah, mereka bisa saja memilih cara pengadaan barang. Harga bisa mereka naikkan dari harga normal di proposal, volume dan jumlah barang tidak sesuai. Apalagi dari kualitas, karena biasanya warga lokal sendiri yang mengerjakan, maka kualitas bisa dikurangi untuk mengurangi biaya infrastruktur sehingga akan terdapat dana lebihan untuk kantong prinadi masing-masing.

Korupsi memang sudah mengakar samapai ke rakyat kecil.


Ø  Angkutan umum yang buruk kualitasnya

Banyak yang mengeluhkan buruknya kualitas  dan kebersihan angkutan umum di negeriku. Padahal, para penumpang memang bagai tidak beradab berperilaku di dalam angkutan umumnya sendiri.

Banyak coretan-coretan di kendaraan umum yang menunjukkan eksistensi penumpang-penumpang terdahulu.

Tak jarang orang membuang makanan dan minuman ke lantai bis dan angkot sehingga membuatnya berkarat. Fasilitas angkutan umum seperti terminal dan halte pun sama nasibnya, kotor dan penuh coretan.

Dan mereka hanya menyalahkan pemerintah tanpa melihat dirinya sendiri.




Yah, masih banyak sebenarnya contoh lain, namun jika dipaparkan lebih panjang hanya akan membuat sedih akan keadaan negeriku ini. Harapan nya mungkin adanya kesadaran masyrakat sendiri serta munculnya pemimpin tegas yang hatinya memang berniat untuk mengabdi pada rakyat negeriku. Namun menunggukah hal yang hanya bisa kita lakukan? Nampaknya.....



No comments:

Post a Comment