Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Powered by Blogger

Monday, April 15, 2013

Batu Kuda dan Legenda, Daya Tarik Hutan Pinus




14 April 2013

Kawasan Wisata Batu Kuda
Batu Kuda adalah objek wisata alam di kaki gunung manglayang yang terletak di daerah Bandung Timur. Nama kawasan ini berasal dari sebuah batu besar yang mirip dengan seekor kuda. Batu Kuda belum begitu banyak dikenal, bahkan oleh masyarakat bandung timur sendiri sehingga relatif masih alami dengan hutan pinus yang menjulang tinggi.






Pintu Gerbang

Untuk menuju kawasan ini, dapat dicapai dengan banyak jalur, diantara melalui jalan Ciguruwik dan Manjah Beureum, yang sama-sama berada di wilayah kecamatan Cileunyi kabupaten Bandung. Kali ini perjalanan dimulai dari jalan Ciguruwik dan pulang melewati jalur Manjah Beureum. Untuk menuju Batu Kuda melalui jalan Ciguruwik, dari Bandung dapat menuju ke arah cibiru, lalu ambil ke arah cileunyi. Dari bunderan Cibiru, kurang lebih sekitar 2-3 km ambil belok kiri persis sebelum rumah makan ponyo, ke jalan Ciguruwik. Setelah berbelok, terus saja ikuti jalan menanjak sampai kira-kira 30 menit (menggunakan sepeda motor). Kondisi jalan ini ada yang mulus dan ada juga yang rusak namun tidak begitu parah, hanya sesekali sangat menanjak dan banyak warga berkegiatan serta anak kecil yang sedang bermain di sepanjang jalan ini sehingga agak menghambat jika sedang tancap gas untuk melibas tanjakan-tanjakan.

Basecamp Sadawana
Sampai di pos tiket, tampaknya saya tidak menyadari adanya pos disana sehingga langsung saja menancap gas menuju gerbang dan memarkir sepeda motor. Lumayan, masuk gratisan. Setelah parkir langsung menuanaikan ibadah terlebih dahulu di musholla sebelah gerbang, di belakang Basecamp Perhimpunan Pendaki Gunung Sadawana yang nampaknya akan mengadakan pendidikan dasar mereka untuk angkatan yang ke XIV.

Sambil mengambil foto sebentar di sekitaran gerbang, ternyata pengunjung yang datang rata-rata anak usia sekolah antara SMP dan SMA. Hebatnya lagi, hampir semuanya datang berpasang-pasangan. Ada yang berduaan di antara pepohonan pinus, dan ada juga yang asyik di warung-warung yang menyediakan saung-saung lesehan, nampaknya berasa suasana romantis lah. Selain yang berpacaran, banyak juga anak sekolah dan anak pramuka yang berkemah dan berkegiatan outdoor. Para fotografer pun tidak kalah mencoba mengabadikan hutan pinus ini, juga para pendaki yang nampaknya ingin menjajal Gunung Manglayang. Ya, hari minggu memang hari bermain sehingga disini tidak terlihat siswa SMA yang sedang belajar untuk menghadapi Ujian Nasional esok harinya.

Jalur Batu Kuda
Untuk menuju Batu Kuda, cukup mengikuti jalan setapak menanjak yang membentang dari awal gerbang masuk. Terdapat petunjuk jalan yang ditempel di pohon pinus menginformasikan bahwa jarak ke Batu Kuda hanya 700 meter. Jalur setapak ini dihiasi hutan pinus, dan semak-semak. Sesekali anda akan berpapasan dengan penduduk sekitar yang pulang atau berangkat mencari kayu ataupun tumbuhan lain, jangan lupa sampaikan senyum tulus.

Karena pertama kali kesana, agak bingung menemukan batu kudanya. Sempat ragu kalau-kalau sudah salah jalan atau terlewat karena mencoba jalur-jalur tidak umum hanya karena penasaran. Namun jika terus saja mengikuti jalan setapak, niscaya akan sampai juga ke tempat kuda yang membatu, hanya jaga kesabaran dan kerianggembiraan saja.

Batu Kuda
Sampai di Batu Kuda, terdapat pelataran kecil yang terdapat bekas suatu bangunan. Mungkin dulunya berupa semacam saung namun sudah diruntuhkan. Di samping Batu Kuda, terdapat pohon besar tinggi yang sudah mati. Entah kenapa pohon ini mati, entah disengaja ulah manusia ataupun secara alami, namun tetap masih tegak berdiri. Namanya orang Indonesia, nampaknya tidak puas jika tidak meninggalkan jejak. Terdapat coretan-coretan (orang pintar menyebutnya vandalisme) di Batu Kuda ini, ataupun di pohon besar yang sudah mati tadi. Yang saya ingat, ada coretan SMA Pasundan 8 (tolong introspeksi).
Batu Kuda

Setelah berfoto beberapa kali, kembalilah kaki melangkah lagi menuju gerbang. Sebelum pulang, mampirlah dulu ke warung-warung yang banyak berdiri di sekitaran gerbang. Mungkin untuk sekedar ngopi ataupun ngemie, atau nyemil gorengan (masih panas, fresh from the oven).

Ketika masih nongkrong sambil menikmati pepinusan, ternyata ada jalur bertangga menuju punggungan kecil di arah kiri gerbang. Ternyata, ada penunjuk jalan yang lagi-lagi ditempel di pohon pinus yang menginformasikan bahwa ke arah puncak (sepertinya yang dimaksud puncak Gunung Manglayang) jaraknya 2700 meter. Sempat terpikir untuk kesana, namun tidak ada persiapan karena terakhir main ke Gunung Manglayang, penulis nyasar di sekitaran hutan ini.

Kembali lagi ke gerbang, panaskan sepeda motor, naiki sepeda motor, dan jalankan sepeda motor. Kali ini pulang melewati jalan Manjah Beureum yang terus menurun sesekali curam. Jalan ini berujung di jalan raya Cileunyi persis setelah jalan searah dari arah bandung. Jarak dari gerbang menuju jalan raya lewat jalan ini kira-kira sama dengan jalur dari jalan Ciguruwik.

Menurut legenda, konon zaman dahulu kala seorang raja dan ratu dari Jawa Barat yang bernama Prabu Layang Kusuma dan Prabu Layang Sari sedang melakukan perjalanan di gunung manglayang dengan berkuda. Namun, tiba-tiba kuda yang ditunggangi terperosok kedalam lumpur hingga sampai setengah badannya saja yang terlihat. Tiba-tiba, kuda itupun membatu dan rombongan kerajaan itu mengehntikan perjalanan. Sang Raja kemudian menyadari bahwa kawasan itu merupakan tempat yang cocok untuk bertapa sehingga tidak lagi meneruskan perjalanannya sampai akhir hayatnya. Begitu pula sang ratu dan para pengawalnya.

Memang di kawasan ini terdapat pula Batu Gunung yang sangat tinggi dan makam raja yang banyak didatangi para peziarah dengan berbagai maksud dan tujuan.

1 comment: