Negeriku amat sangat kaya raya. Tanahnya, udaranya, airnya, semuanya nyaris sempurna. Namun kami tidak dapat dibilang makmur sejahtera. Rakyat negeriku pun sering menyalahkan pemerintah dan para pemimpin atas derita dan ketidaknyamanan yang kami rasakan.
Dan memang rakyat tidak salah juga, karena rakyat negeriku telah dikorbankan untuk penebalan dompet wakil-wakil mereka. Namun sepertinya rakyat juga bisa disalahkan atas beberapa ketidaknyamanan karena akibat ulah rakyat negeriku sendiri.
Ø
Kemacetan
Banyak dijumpai di kota-kota besar, ketika jalanan macet, orang
malah seenaknya menyusul dengan segala cara. Menyusul dari trotoar, menyusul
lewat jalur arah berlawanan, menyusul lewat jalan darurat, dan lain-lain.
Sebenernya jalanan akan lebih lancar jika ketika jalanan dalam
keadaan macet tidak ada yang susul menyusul, semua mengantri dengan sabar. Karena
jika susul menyusul ketika macet, apalagi lewat jalur trotoar atau jalur
trotoar, akan menghambat banyak kendaraan ketika yang menyusul akan kembali ke
jalurnya. Apalagi jika menyusul lewat jalur yang berlawanan dan ada kendaraan
dari arah berlawanan terhalangi jalannya, akan menyebabkan jalur kedua arah
enjadi macet.
Jadi rakyat di negeriku ini, hanya mengutuk macet. “Sialan!!
Macet!!”, padahal mereka berperan besar dalam membuat kemacetannya. Penjahat
yang munafik memang.
Para pelaku kejahatan lalu lintas ini padahal banyak yang terdapat
dari kalangan terpelajar, mngkin sedikit terlihat dari kendaraan pribadi yang
dibawanya. Tapi apakah mereka tidak bisa berpikir? Tidak sampaikah nalarnya
bahwa perbuatan mereka bukan siolusi mengatasi macet? Hanya mementingkan diri
sendiri yang cepat sampai, tidak peduli orang lain mengalami macet yang makin
menjadi karena dirinya?
Tidak hanya para wakil rakyat yang mementingkan diri sendiri
ternyata, rakyatnya pun sama saja.
Ø
Banjir
Mengeluhlah orang-orang dengan keadaan kota mereka yang sering
mengalami bajir. Padahal penyebab banjir itu ya mereka sendiri. Pembuangan
limbah dan sampah rumah tangga yang sembarangan yang mungkin diteruskan ke
aliran sungai adalah perbuatan bodoh namun sering dilakukan rakyat negeriku.
Contoh konkrit. Di Bandung, daerah dayeuhkolot dan baleendah sering
terjadi banjir parah yang sampai menenggelamkan rumah mesti tidak seluruhnya.
Disana ada pemandangan unik, di pinggir sungai dekat pemukiman warga yang
kompleknya masih berdampingan dengan salah satu kampus ternama di bandung, ada
tempat sampah dari semen besar yang nampaknya digunakan warga untuk tempat
pembuangan sementara (TPS). Lucunya, bagian belakang tempat sampah itu yang
menghadap ke sungai, dibiarkan bolong tanpa penghalang. Jadi terlihat
sampah-sampah yang menyangkut di bantaran sungai yang berasal dari tempat
sampah besar tersebut. Ternyata jika bak sampah sudah penuh, sampahnya akan dibuang
dan dialirkan ke sungai. Hebat ya? Kenapa tidak sekalian saja buang ke sungai?
Rakyat Negeriku memang penjahat alam
Ø
Penumpukan Sampah
Hal ini masih terkait dengan poin sebelumnya. Ini banyak juga
terjadi di kota-kota besar maupun kecil. Sering terlihat tumpukan sampah di
tengah pemukiman pada bantaran jalannya. Meski sudah diberikan tulisan dilarang
membuang sampah, tetap saja sampah di tempat-tempat tersebut berubah
komposisinya setiap hari.
Rakyat Negeriku berperan lagi. Mereka membuang sampah seenak
jidatnya. Dimana ada tempat kosong tak berpenghuni, disitulah sampah bisa
dibuang. “daripada menuhin bak sampah sendiri?” kata mereka membela diri.
Pengendara mobil pun sama, mereka membuang makanan dan minuman yang
dikonsumsi di dalam kendaraan ke luar jendela. Tidak bisa dipungkiri, ini dapat
terlihat dimana-mana.
Di pasar, para pedagang dan pembeli membuang sampah disekitar mereka
(ini memang parah) sembari mereka berkegiatan dan bertransaksi di sekitar
sampah yang mereka buang sendiri.
Di masjid besar. Di pelatarannya banyak puntung rokok dan plastik
–platik bekas makanan. Apalagi ketika bulan ramadhan tiba.
Ya, seluruh wilayah negeri ini adalah tempat sampaaahh..
Ø
Dana pemerintah tidak
transparan
Hal ini banyak dikeluhkan masyarakat padahal tidak jarang yang
mengambil dan mencoceng dana pemerintah itu ya warga lokal juga.
Sebagai contoh, ketika dana pembangunan sebuah desa akan dikucurkan
ke masyarakat untuk pembangunan infrastruktur (setelah dipotong oleh bupati,
camat, lura, dsb tentunya..), warga setempat telah memutar otak untuk
mendapatkan penghasilan dari dana negara itu.
Karena mereka yang punya wilayah, mereka bisa saja memilih cara
pengadaan barang. Harga bisa mereka naikkan dari harga normal di proposal,
volume dan jumlah barang tidak sesuai. Apalagi dari kualitas, karena biasanya
warga lokal sendiri yang mengerjakan, maka kualitas bisa dikurangi untuk
mengurangi biaya infrastruktur sehingga akan terdapat dana lebihan untuk
kantong prinadi masing-masing.
Korupsi memang sudah mengakar samapai ke rakyat kecil.
Ø
Angkutan umum yang buruk
kualitasnya
Banyak yang mengeluhkan buruknya kualitas dan kebersihan angkutan umum di negeriku.
Padahal, para penumpang memang bagai tidak beradab berperilaku di dalam
angkutan umumnya sendiri.
Banyak coretan-coretan di kendaraan umum yang menunjukkan eksistensi
penumpang-penumpang terdahulu.
Tak jarang orang membuang makanan dan minuman ke lantai bis dan
angkot sehingga membuatnya berkarat. Fasilitas angkutan umum seperti terminal
dan halte pun sama nasibnya, kotor dan penuh coretan.
Dan mereka hanya menyalahkan pemerintah tanpa melihat dirinya
sendiri.
Yah, masih banyak sebenarnya contoh lain, namun jika dipaparkan lebih panjang hanya akan membuat sedih akan keadaan negeriku ini. Harapan nya mungkin adanya kesadaran masyrakat sendiri serta munculnya pemimpin tegas yang hatinya memang berniat untuk mengabdi pada rakyat negeriku. Namun menunggukah hal yang hanya bisa kita lakukan? Nampaknya.....